RSS

Agama Tak Efektif untuk Berantas Korupsi


Pemahaman dan praktik keagamaan di Indonesia ternyata belum berperan banyak dalam upaya memberantas praktik korupsi. Hal ini terjadi karena agama lebih merupakan sistem nilai, sementara korupsi lebih efektif ditumpas melalui penegakan hukum.

Hal itu mengemuka dalam Seri Dialog Klub Kajian Agama (KKA) Paramadina tentang ”Menumbuhkan Kepemimpinan Profetik Menuju Indonesia Adil” di Universitas Paramadina di Jakarta, Jumat (19/8). Pembicara dalam acara ini adalah Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin Hidayat dan Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Jimly Asshiddiqie.

Kedua intelektual itu menyoroti kenyataan ironis di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, bahkan kerap dikatakan sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Islam jelas-jelas mengharamkan korupsi, bahkan mengancamnya dengan azab yang pedih. Namun, kenapa justru korupsi di negeri ini sekarang merajalela sedemikian rupa?

Komaruddin menilai, pemberantasan korupsi memang tidak selalu terkait dengan kondisi keagamaan. Negara yang berhasil memberantas korupsi adalah mereka yang menegakkan hukum secara tegas, tuntas, dan adil, terlepas apakah masyarakatnya religius atau tidak. Agama pada kenyataannya lebih berperan sebagai dorongan moral, dan bukanlah sarana yang efektif untuk memberantas korupsi.

Data dan fakta ini merupakan kritik dan tantangan bagi para intelektual dan organisasi keagamaan di Indonesia. Harapan bahwa gairah dan praktik keagamaan dapat menciptakan pemerintahan bersih masih perlu dikaji ulang. Soalnya, dalam kenyataan sehari-hari, hubungan itu tidak terlalu terlihat.

Jimly mengungkapkan, begitu banyak orang yang secara formal mengaku beriman dan rajin beribadah, tetapi justru terlibat dalam praktik korupsi dan penyalahgunaan jabatan. Indonesia sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia justru juga mencatatkan diri sebagai salah satu negeri dengan tingkat korupsi terparah di dunia. Praktik ibadah formal sering kali terbukti tidak bisa membentuk perilaku hidup sehari-hari. (iam)

Sumber: Kompas.Com 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar